Suatu hari, sepucuk surat undangan
reuni sekolah tiba di rumahku di
Jakarta. Aku berbohong pada
istriku bahwa aku ada urusan
kantor. Akupun pergi ke sana.
Setelah reuni, aku mampir ke gubuk
tua, yang dulu aku sebut rumah..
Hanya ingin tahu saja.
Di sana, kutemukan ibuku
tergeletak dilantai yang dingin.
Namun aku tak meneteskan air
mata sedikit pun. Ada selembar
kertas di tangannya. Sepucuk surat
untukku. ”Anakku..Kurasa hidupku
sudah cukup panjang.. Dan aku
tidak akan pergi ke Jakarta lagi.
Namun apakah berlebihan jika aku
ingin kau menjengukku sekali ?
Aku sangat merindukanmu. Dan aku
sangat gembira ketika tahu kau
akan datang ke reuni itu. Tapi
kuputuskan aku tidak pergi ke
sekolah. Demi kau. Dan aku minta
maaf karena hanya membuatmu
malu dengan keadaan cacat fisiku.
taukah kamu anakku, ketika kau masih dalam
kandungan ibu mengalami
kecelakaan , ketika ibu masih hamil
seseorang telah dengan sengaja
menabrak kaki ibu hingga patah.
Tetapi untung kandungan ibu
selamat, akhirnya ibu melahirkan
bayi lucu yaitu kamu, tetapi sayang
tuhan hanya memberikan mu satu
mata .Sebagai seorang ibu, aku tak
tahan melihatmu tumbuh hanya
dengan mata satu. Maka aku
berikan mata satuku kepadamu,.
Aku sangat bangga padamu yang
telah melihat seluruh dunia
untukku, ditempatku, dengan mata
itu. Aku tak pernah marah atas
semua kelakuanmu. Ketika kau
marah padaku.. Aku hanya
membatin sendiri, “Itu karena ia
mencintaiku” Anakku! Oh,
anakku!”
Akupun menangis sekeras dan
memeluk ibuku erat-erat meminta
maaf, namun sayang ternyata Ibuku
sudah beberapa jam lalu meninggal
dalam kesendiriannya.
Bersyukurlah atas apa yang Anda
miliki sekarang dibandingkan apa
yang tidak dimiliki oleh jutaan
orang lain! Luangkan waktu untuk
mendoakan ibu Anda……